Selasa, 23 April 2013

pembibitan durian, duku, andalas, dan rambutan


I. PENDAHULUAN

Bibit atau benih merupakan jenis varietas tanaman yang di anggap bagus dengan criteria tertentu untuk di tanam serta bisa menghasilkan produksi yang baik di saat panen.
Pengertian bibit biasanya diterapkan bagi tanaman buah tahunan. Pada tanaman buah tahunan, “calon tanaman” dijual dalam bentuk tanaman kecil (bibit). Lain halnya dengan tanaman sayuran, hias, dan buah semusim yang sering dijual dalam bentuk biji hasil penangkaran yang biasa disebut benih untuk perbanyakannya (Setiawan, 1999).
Untuk mendapatkan bibit yang siap ditanam di lahan yang sesungguhnya, maka perlu dilakukan persemaian, dimana dalam membuat persemaian perlu diperhatikan beberapa hal yaitu: arahnya membujur dari utara ke selatan dan menghadap ke timur, pengolahan tanahnya harus baik dan dalam, mempunyai ukuran yang optimal sesuai dengan kebutuhan bibit dan jenis tanamannya, serta bedengan dipertinggi dengan tanah bekas galian selokan dan usahakan agar tepi bedengan tidak turun atau longsor.
Untuk membuat persemaian, harus dipilih tempat yang memenuhi persyaratan diantaranya yaitu: tanahnya baik dimana lapisan atasnya harus tebal dan banyak mengandung bahan organic, letak atau lokasinya dekat dengan sumber air dan lahan yang akan ditanami, serta lokasinya harus dekat dengan tempat tinggal petani.
Dalam pembibitan, hal yang pertama dilakukan adalah memindahkan bibit. Dalam memindahkan bibit perlu diperhatikan waktu pemindahan yang sebaiknya dilakukan pada sore hari, dan cara pemindahan bibit yang dapat dilakukan dengan beberapa cara  yaitu:
·         Cara cabutan yaitu bibit muda dicabut begitu saja dari tanah persemaian tanpa mengikut sertakan tanahnya.
·         Cara putaran yaitu bibit muda diambil dengan mengikut sertakan tanah yang menutupi perakarannya.
·         Cara stump atau tunggul yaitu bibit yang dipotong akar tunggangnya sampai tinggal lebih kurang 30 cm. stump biasa digunakan untuk bibit yang sudah agak tua dan lebih cocok untuk tanaman yang betul-betul kuat.






Hal yang selanjutnya dilakukan dalam pembibitan yaitu penanaman bibit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
·         Jarak tanam dianggap renggang apabila bagian dari ujung daun yang tumbuh berdekatan hanya bersentuhan saja, tetapi tidak berimpit. Tanaman memerlukan ruang tempat tumbuh yang baik sesuai dengan habitusnya. Faktor-faktor yang menentukan jarak tanam optimum yaitu keadaan tempat bertanam, lamanya tanaman akan dipanen, kemiringan tanah, arah kemiringan lahan dan kualitas produksi dari tanaman yang akan diusahakan.
·         Hubungan tanam/ sistem tanam, diantaranya:
ü  System bujur sangkar
ü  System persegi panjang atau kuadrat yang digeser
ü  System belah ketupat atau segi tiga sama sisi
ü  System pagar atau barisan
ü  System rel kereta api atau barisan dua-dua atau barisan ganda
·         Cara bertanam, yang perlu diperhatikan adalah:
ü  Mengajir, yaitu menggunakan tali yang direntangkan supaya jarak tanam yang dibuat jadi teratur
ü  Membuat lubang tanam, biasanya digunakan untuk tanaman yang sudah tua.
ü  Kebutuhan bibit, harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang sesungguhnya, jarak tanam, dan jenis tanamannya.
ü  Menanam, dalam penanaman hendaklah tanah galian bagian atas juga diletakkan pada bagian atas, dan bagian bawah juga pada bagian bawah dan tanahnya dipadatkan di sekeliling batang tanaman.










II. ISI
2.1 Pembibitan Durian
Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim disebut durian adalah tumbuhan dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia dan Coelostegia.
 2.1.1 Persyaratan Benih
Biji untuk bibit dipilih dari biji yang memenuhi persyaratan:
a) Asli dari induknya.
b) Segar dan sudah tua.
c) Tidak kisut.
d) Tidak terserang hama dan penyakit.
 2.1.2 Penyiapan Benih dan Bibit
Perbanyakatan tanaman durian dapat dilakukan melalui cara generatif (dengan biji) atau vegetatif (okulasi, penyusuan atau cangkokan).
a) Pengadaan benih dengan cara generatif
Memilih biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan mencuci biji-biji dahulu agar daging buah yang menempel terlepas. Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka, tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan diusahakan agar tidak berkecambah/rusak dan merosot daya tumbuhnya.
Proses pemasakan biji dilakukan dengan baik (dengan cara diistirahatkan beberapa saat), dalam kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari buahnya. Setelah itu biji ditanam.
b) Pengadaan bibit dengan cara okulasi
Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan tua, dari tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan produktif. Biji yang  ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya sempurna.

Setelah umur 8-10 bulan, dapat diokulasi, dengan cara:
1. Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya (± 1 cm). Dipilih mata tunas yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
2. Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm sehingga mirip lidah.
3. Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
4. Sisipan “mata” yang diambil dari pohon induk untuk batang atas (disayat dibentuk perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan okulasi, 2 minggu kemudian di periksa apakah perisai mata tunas berwarna hijau atau tidak. Bila berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal.
c) Penyusuan
1. Model tusuk/susuk
Penyambungan model tusuk atau susuk ini dapat lebih berhasil kalau diterapkan pada batang tanaman yang masih muda atau belum berkayu keras.
2. Model sayatan
Pilih calon batang bawah (bibit) dan calon batang atas dari pohon induk yang sudah berbuah dan besarnya sama. Kedua batang tersebut disayat sedikit sampai bagian kayunya. kemudian kedua batang itu ditempel tepat pada sayatannya dan diikat sehingga keduanya akan tumbuh bersama-sama. Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi dapat dilihat hasilnya kalau batang atas dan batang bawah ternyata bisa tumbuh bersama-sama berarti penyusuan tersebut berhasil. Kalau sambungan berhasil, pucuk batang bawah dipotong/dibuang, pucuk batang atas dibiarkan tumbuh subur. Kalau pertumbuhan pucuk batang atas sudah sempurna, pangkal batang atas juga dipotong. Maka akan terjadi bibit durian yang batang bawahnya adalah tanaman biji, sedangkan batang atas dari ranting/cabang pohon durian dewasa.
d) Cangkokan
 Batang durian yang dicangkok harus dipilih dari cabang tanaman yang sehat, subur, cukup usia, pernah berbuah, memiliki susunan percabangan yang rimbun, besar cabang tidak lebih besar daripada ibu jari (diameter=2–2,5 cm),kulit masih hijau kecoklatan. Waktu mencangkok adalah awal musim hujan sehingga terhindar dari kekeringan, atau pada musim kering, tetapi harus disiram secara rutin (2 kali sehari), pagi dan sore hari.
2.1.3 Teknik Penyemaian dan Pemeliharaan
Biji durian yang sudah dibersihkan dari daging buah dikering-anginkan sampai kering tidak ada air yang menempel. Biji dikecambahkan dahulu sebelum ditanam di persemaian atau langsung ditanam di polibag. biji-biji yang sudah besar siap dibesarkan di persemaian pembesar atau polibag.
2.1.4 Pemindahan Bibit
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah tumbuh setinggi 75-150 cm atau berumur 7 - 9 bulan setelah diokulasi, kondisinya sehat dan pertumbuhannya bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang kokoh, perakarannya banyak dan kuat, juga adanya helaian daun dekat pucuk tanaman yang telah menebal dan warnanya hijau tua.
2.2 Pembibitan Duku
2.2.1 Persyaratan Benih
Kualitas bibit tanaman duku yang akan ditanam sangat menentukan produksi duku. Oleh sebab itu bibit duku harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Bebas dari hama dan penyakit
b) Bibit mempunyai sifat genjah
c) Tingkat keseragaman penampakan fisik seperti warna, bentuk dan ukuran lebih
seragam dari bibit lain yang sejenis
d) Bibit cepat tumbuh.
2.2.2 Penyiapan Benih
Perbanyakan dan penanaman duku umumnya masih diperbanyak dengan benih atau dari semai yang tumbuh spontan di bawah pohonnya, kemudian dipelihara dalam pot sampai tinggi hampir 1 meter dan sudah dapat ditanam di lapangan. Sehingga tingkat keberhasilan perbanyakan generatif cukup tinggi walaupun memerlukan waktu yang relatif lama.
 Daya perkecambahan dan daya tahan semai akan lebih baik sejalan dengan ukuran benih dan hanya benih-benih yang berukuran besar yang hendaknya digunakan dalam usaha pembibitan. Pertumbuhan awal semai itu lambat sekali, dengan pemilihan yang intensif diperlukan waktu 10–18 bulan agar batang duku berdiameter sebesar pensil, yaitu ukuran yang cocok untuk usaha penyambungan atau penanaman di lapangan, tetapi di kebanyakan pembibitan untuk sampai pada ukuran tersebut diperlukan waktu 2 kali lebih lama.
 Perbanyakan dengan stek dimungkinkan dengan menggunakan kayu yang masih hijau, namun memerlukan perawatan yang teliti. Terkadang cabang yang besar dicangkok, sebab pohon ynag diperbanyak dengan cangkokan ini dapat berbuah setelah beberapa tahun saja, tetapi kematian setelah cangkokan dipisahkan dari pohon induknya cenderung tinggi presentasenya.
2.2.3 Teknik Penyemaian Benih
Waktu penyemaian benih sebaiknya pada musim hujan agar diperoleh keadaan yang selalu lembab dan basah. Cara pembuatan media penyemaian dapat berupa tanah yang subur/campuran tanah dan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan perbandingan sama (1:1). Jika perlu media tanam dapat ditambahkan sedikit pasir. Tempat persemaian bisa berupa bedengan, keranjang/kantong plastik atau polybag. Tetapi sebaiknya tempat untuk persemaian menggunakan kantong plastik agar mempermudah dalam proses pemindahan bibit.
2.2.4 Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Bibit duku tidak memerlukan perawatan khusus kecuali pemberian air yang cukup terutama pada musim kemarau. Selama 2 atau 3 minggu sejak bibit duku ditanam perlu dilakukan penyiraman dua kali setiap hari yaitu pagi dan sore hari, terutama pada saat tidak turun hujan. Selanjutnya cukup disiram satu kali setiap hari. Kalau pertumbuhannya sudah benar-benar kokoh, penyiraman cukup dilakukan penyiraman secukupnya jika media penyemaian kering. Penyulaman pada bibit diperlukan jika ada bibit yang mati maupun bibit yang pertumbuhannya terhambat. Rumput liar yang mengganggu pertumbuhan bibit juga hrus dihilangkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit perlu diberi pupuk baik pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos maupun pupuk anorganik berupa pupuk TSP dan ZK sesuai dengan dosis dan kadar yang dianjurkan.
2.2.5 Pemindahan Bibit
Umur bibit yang siap tanam adalah sekitar 2-3 bulan dengan tinggi bibit 30-40 cm. Kegiatan pemindahan bibit harus memperhatikan kondisi fisik bibit waktu yang tepat.



2.3 Pembibitan Rambutan (Nephelium sp.)
2.3.1 Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen antara lain: Rambutan Rapiah, Rambutan Aceh, Lebak bulus, Rambutan Cimacan, Rambutan, Rambutan Sinyonya.
2.3.2 Penyiapan Benih
Persiapan benih biji yang dipergunakan sebagai pohon pangkal setelah buah dikupas dan diambil bijinya dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam) dan biji siap disemaikan. Disamping itu dapat pula direndamdengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% atau Asam Sulfat (H2S04) BJ = 1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang dengan air yang mengalir selama 10 menit dan dianginkan selama 24 jam.
Untuk menghidari jamur biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 W atau fungisida lainnya. Teknik Penyemaian Benih Teknik penyemaian benih dipilih lahan yang gembur dan mudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi seperti: mencangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya.
Kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan buatkan bedang-bedeng yang berukuran 1-1,5 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan luas pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengan keadaan arah membujur dari Utara ke Selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarak antara bedeng 30 cm dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang dan benih siap disemaikan.
Selain dengan melalui proses pengecambahan juga biji dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 10 X 10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1,5 bulan dan sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman.
2.3.3 Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah bibit berkecambang dan telah berumur 1-1,5 bulan disiram pagi sore, setelah kecambah dipindah ke bedeng pembibitan penyiraman cukup 1 kali tiap pagi hari sampai menjelang mata hari terbit, dengan menggunakan "gembor" supaya merata dan tidak merusak bedengan dan diusahakan air dapat menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan.
Kemudian dilakukan pendangiran bedengan supaya tetap gembur dan dilakukan setiap 2-3 minggu sekali, rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama dan penyakit, sampai umur kurang lebih 1 tahun persemaian yang dilakukan terhadap pohon baru setelah itu dapat dilakukan pengokulasian yang ditentukan dengan system Fokkert yang sudah disempurnakan yang sebelumnya daun-daun dirontokkan pada pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya.
Kemudian setelah disiapkan tempat untuk penempelan mata kulit tersebut sampai mata kulit itu tumbuh tunas, setelah itu tunas asli pada pohon induk yang telah ditempel dipangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta membersihkan rumput-rumput yang ada disiangi, kemudian dapat juga diberi pupuk urea 10 gram untuk tiap 1 m² untuk 25 tanaman rambutan.
2.3.4 Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau di cangkok maupun diokulasi dapat dengan mencungkil/membuka plastik yang melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak dan dilakukan penyungkilan sekitar 5 cm dan agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dapat dipotong sedikit untuk menjaga penguapan kemudian lebar daun dipotong separuh serta keping yang menempel dibiarkan sebab berfungsi sebagai cadangan makanan sebelum dapat menerima makanan dari tanah yang baru. Dan ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 30-40 cm dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di Timur dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari pagi.
2.4 Tanaman Andalas
Pohon Andalas merupakan tanaman khas Sumatera Barat. Pohon dengan nama latin Morus macroura ini ditetapkan menjadi flora identitas bagi provinsi Sumatera Barat.
Pohon Andalas (Morus macroura) masih berkerabat dekat dengan pohon Murbei (Morus alba) yang biasa digunakan sebagai pakan ulat sutra (Bombyx mori). Tanaman yang disebut sebagai Himalayan Mulberry atau Sumatra Mulberry ini dalam bahasa daerah sering dinamai juga sebagai Kertau, Hole Tanduk, dan Andaleh. Sedangkan dalam bahasa ilmiah pohon yang menjadi maskot (flora identitas) Sumatera Barat ini dinamakan Morus macroura yang bersinonim dengan Morus laevigata.
Ditetapkannya pohon Andalas sebagai flora identitas Sumatera Barat mungkin tidak terlepas dari pemanfaatan kayu Andalas sebagai bahan pembangunan rumah adat di daerah Minangkabau. Sayangnya pohon ini mulai langka dan sulit ditemukan. Bahkan untuk memperoleh kayunya seringkali memerlukan perjalanan berhari-hari menuju lokasinya di hutan.
·         Diskripsi Pohon Andalas.
Pohon Andalas mempunyai tinggi sekitar 40 meter dengan diameter batang mencapai 1 meter. Bentuk daun mirip daun murbai (Morus alba), seperti jantung namun permukaan daunnya sedikit kasar karena berbulu. Bagian tepi daunnya bergerigi. Tangkai daun maupun cabang Andalas juga berbulu, bulu-bulu tersebut bisa menyebabkan gatal-gatal pada kulit yang peka.
Buah Andalas pun mirip dengan buah murbai. Buahnya berbentuk majemuk, menggerombol berwarna hijau jika masih muda dan menjadi ungu kemerahan bila telah masak. Buahnya berair dan dapat dimakan dengan rasa asam-asam manis. Perbanyakan pohon ini bisa dengan cara stek.
Pohon Andalas (Morus macroura) tumbuh tersebar mulai dari India, China bagian selatan, Kamboja, Thailand, dan Indonesia. Di Indonesia tanaman ini hanya bisa ditemukan di Sumatera dan Jawa bagian barat.Habitat pohon Andalas terdapat di hutan-hutan dataran tinggi dengan curah hujan yang cukup banyak pada ketinggian antara 900-2.500 meter dpl.
Pohon yang ditetapkan sebagai tanaman khas (flora identitas) provinsi Sumatera barat ini terkenal sebagai kyu yang kuat, tahan serangga dan tidak mudah lekang oleh panas maupun lapuk oleh hujan. Oleh karenanya kayu Andalas sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan untuk rumah baik sebagai tiang, balok landasan rumah, papan dinding, maupun lantai. Selain itu kayunya juga kerap kali dipergunakan untuk pembuatan perabot rumah tangga.
Meskipun tidak termasuk dalam ‘daftar merah’ (red list) IUCN, tetapi di Indonesia (baik di Jawa maupun di Sumatera), tanaman ini mulai langka dan sulit ditemukan. Tentunya kita tidak menginginkan sebuah maskot provinsi akan menjadi punah.



DAFTAR ISI

http://epetani.deptan.go.id/budidaya/pembibitan-rambutan-36
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2012/02/mengenal-kayu-andaleh-khas-daerah-kita.html
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/duku.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar