I. PENDAHULUAN
Bibit atau benih merupakan jenis
varietas tanaman yang di anggap bagus dengan criteria tertentu untuk di tanam
serta bisa menghasilkan produksi yang baik di saat panen.
Pengertian
bibit biasanya diterapkan bagi tanaman buah tahunan. Pada tanaman buah tahunan,
“calon tanaman” dijual dalam bentuk tanaman kecil (bibit). Lain halnya dengan
tanaman sayuran, hias, dan buah semusim yang sering dijual dalam bentuk biji
hasil penangkaran yang biasa disebut benih untuk perbanyakannya (Setiawan,
1999).
Untuk
mendapatkan bibit yang siap ditanam di lahan yang sesungguhnya, maka perlu
dilakukan persemaian, dimana dalam membuat persemaian perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu: arahnya membujur dari utara ke selatan dan menghadap ke
timur, pengolahan tanahnya harus baik dan dalam, mempunyai ukuran yang optimal
sesuai dengan kebutuhan bibit dan jenis tanamannya, serta bedengan dipertinggi
dengan tanah bekas galian selokan dan usahakan agar tepi bedengan tidak turun
atau longsor.
Untuk
membuat persemaian, harus dipilih tempat yang memenuhi persyaratan diantaranya
yaitu: tanahnya baik dimana lapisan atasnya harus tebal dan banyak mengandung
bahan organic, letak atau lokasinya dekat dengan sumber air dan lahan yang akan
ditanami, serta lokasinya harus dekat dengan tempat tinggal petani.
Dalam
pembibitan, hal yang pertama dilakukan adalah memindahkan bibit. Dalam memindahkan
bibit perlu diperhatikan waktu pemindahan yang sebaiknya dilakukan pada sore
hari, dan cara pemindahan bibit yang dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
·
Cara cabutan yaitu bibit muda dicabut begitu saja dari tanah
persemaian tanpa mengikut sertakan tanahnya.
·
Cara putaran yaitu bibit muda diambil dengan mengikut
sertakan tanah yang menutupi perakarannya.
·
Cara stump atau tunggul yaitu bibit yang dipotong akar
tunggangnya sampai tinggal lebih kurang 30 cm. stump biasa digunakan untuk
bibit yang sudah agak tua dan lebih cocok untuk tanaman yang betul-betul kuat.
Hal
yang selanjutnya dilakukan dalam pembibitan yaitu penanaman bibit. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah:
·
Jarak tanam dianggap renggang apabila bagian dari ujung daun
yang tumbuh berdekatan hanya bersentuhan saja, tetapi tidak berimpit. Tanaman
memerlukan ruang tempat tumbuh yang baik sesuai dengan habitusnya.
Faktor-faktor yang menentukan jarak tanam optimum yaitu keadaan tempat
bertanam, lamanya tanaman akan dipanen, kemiringan tanah, arah kemiringan lahan
dan kualitas produksi dari tanaman yang akan diusahakan.
·
Hubungan tanam/ sistem tanam, diantaranya:
ü System bujur sangkar
ü System persegi panjang atau kuadrat
yang digeser
ü System belah ketupat atau segi tiga
sama sisi
ü System pagar atau barisan
ü System rel kereta api atau barisan
dua-dua atau barisan ganda
·
Cara bertanam, yang perlu diperhatikan adalah:
ü Mengajir, yaitu menggunakan tali
yang direntangkan supaya jarak tanam yang dibuat jadi teratur
ü Membuat lubang tanam, biasanya
digunakan untuk tanaman yang sudah tua.
ü Kebutuhan bibit, harus disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman yang sesungguhnya, jarak tanam, dan jenis tanamannya.
ü Menanam, dalam penanaman hendaklah
tanah galian bagian atas juga diletakkan pada bagian atas, dan bagian bawah
juga pada bagian bawah dan tanahnya dipadatkan di sekeliling batang tanaman.
II. ISI
2.1
Pembibitan Durian
Tanaman
durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim
disebut durian adalah tumbuhan dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia
dan Coelostegia.
2.1.1
Persyaratan Benih
Biji
untuk bibit dipilih dari biji yang memenuhi persyaratan:
a)
Asli dari induknya.
b)
Segar dan sudah tua.
c)
Tidak kisut.
d)
Tidak terserang hama dan penyakit.
2.1.2 Penyiapan Benih dan Bibit
Perbanyakatan
tanaman durian dapat dilakukan melalui cara generatif (dengan biji) atau vegetatif
(okulasi, penyusuan atau cangkokan).
a)
Pengadaan benih dengan cara generatif
Memilih
biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan mencuci biji-biji dahulu agar daging
buah yang menempel terlepas. Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka,
tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan diusahakan agar tidak
berkecambah/rusak dan merosot daya tumbuhnya.
Proses
pemasakan biji dilakukan dengan baik (dengan cara diistirahatkan beberapa
saat), dalam kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari buahnya. Setelah itu
biji ditanam.
b) Pengadaan bibit dengan cara okulasi
Persyaratan
biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan tua, dari
tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan produktif. Biji
yang ditumbuhkan, dipilih yang
pertumbuhannya sempurna.
Setelah umur 8-10 bulan, dapat diokulasi, dengan
cara:
1.
Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya (± 1 cm). Dipilih mata tunas
yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
2.
Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm sehingga
mirip lidah.
3. Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
4.
Sisipan “mata” yang diambil dari pohon induk untuk batang atas (disayat dibentuk
perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan okulasi, 2 minggu kemudian
di periksa apakah perisai mata tunas berwarna hijau atau tidak. Bila berwarna
hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal.
c) Penyusuan
1.
Model tusuk/susuk
Penyambungan
model tusuk atau susuk ini dapat lebih berhasil kalau diterapkan pada batang
tanaman yang masih muda atau belum berkayu keras.
2. Model sayatan
Pilih
calon batang bawah (bibit) dan calon batang atas dari pohon induk yang sudah
berbuah dan besarnya sama. Kedua batang tersebut disayat sedikit sampai bagian
kayunya. kemudian kedua batang itu ditempel tepat pada sayatannya dan diikat
sehingga keduanya akan tumbuh bersama-sama. Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi
dapat dilihat hasilnya kalau batang atas dan batang bawah ternyata bisa tumbuh
bersama-sama berarti penyusuan tersebut berhasil. Kalau sambungan berhasil,
pucuk batang bawah dipotong/dibuang, pucuk batang atas dibiarkan tumbuh subur.
Kalau pertumbuhan pucuk batang atas sudah sempurna, pangkal batang atas juga
dipotong. Maka akan terjadi bibit durian yang batang bawahnya adalah tanaman
biji, sedangkan batang atas dari ranting/cabang pohon durian dewasa.
d) Cangkokan
Batang durian yang dicangkok harus dipilih
dari cabang tanaman yang sehat, subur, cukup usia, pernah berbuah, memiliki
susunan percabangan yang rimbun, besar cabang tidak lebih besar daripada ibu
jari (diameter=2–2,5 cm),kulit masih hijau kecoklatan. Waktu mencangkok adalah
awal musim hujan sehingga terhindar dari kekeringan, atau pada musim kering,
tetapi harus disiram secara rutin (2 kali sehari), pagi dan sore hari.
2.1.3 Teknik Penyemaian dan Pemeliharaan
Biji
durian yang sudah dibersihkan dari daging buah dikering-anginkan sampai kering
tidak ada air yang menempel. Biji dikecambahkan dahulu sebelum ditanam di
persemaian atau langsung ditanam di polibag. biji-biji yang sudah besar siap
dibesarkan di persemaian pembesar atau polibag.
2.1.4
Pemindahan Bibit
Bibit
yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah tumbuh setinggi 75-150 cm atau
berumur 7 - 9 bulan setelah diokulasi, kondisinya sehat dan pertumbuhannya
bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang kokoh, perakarannya
banyak dan kuat, juga adanya helaian daun dekat pucuk tanaman yang telah
menebal dan warnanya hijau tua.
2.2
Pembibitan Duku
2.2.1
Persyaratan Benih
Kualitas
bibit tanaman duku yang akan ditanam sangat menentukan produksi duku. Oleh
sebab itu bibit duku harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a)
Bebas dari hama dan penyakit
b)
Bibit mempunyai sifat genjah
c)
Tingkat keseragaman penampakan fisik seperti warna, bentuk dan ukuran lebih
seragam
dari bibit lain yang sejenis
d)
Bibit cepat tumbuh.
2.2.2 Penyiapan Benih
Perbanyakan
dan penanaman duku umumnya masih diperbanyak dengan benih atau dari semai yang
tumbuh spontan di bawah pohonnya, kemudian dipelihara dalam pot sampai tinggi
hampir 1 meter dan sudah dapat ditanam di lapangan. Sehingga tingkat
keberhasilan perbanyakan generatif cukup tinggi walaupun memerlukan waktu yang
relatif lama.
Daya perkecambahan dan daya tahan semai akan
lebih baik sejalan dengan ukuran benih dan hanya benih-benih yang berukuran
besar yang hendaknya digunakan dalam usaha pembibitan. Pertumbuhan awal semai
itu lambat sekali, dengan pemilihan yang intensif diperlukan waktu 10–18 bulan
agar batang duku berdiameter sebesar pensil, yaitu ukuran yang cocok untuk
usaha penyambungan atau penanaman di lapangan, tetapi di kebanyakan pembibitan
untuk sampai pada ukuran tersebut diperlukan waktu 2 kali lebih lama.
Perbanyakan dengan stek dimungkinkan dengan menggunakan
kayu yang masih hijau, namun memerlukan perawatan yang teliti. Terkadang cabang
yang besar dicangkok, sebab pohon ynag diperbanyak dengan cangkokan ini dapat
berbuah setelah beberapa tahun saja, tetapi kematian setelah cangkokan
dipisahkan dari pohon induknya cenderung tinggi presentasenya.
2.2.3
Teknik Penyemaian Benih
Waktu
penyemaian benih sebaiknya pada musim hujan agar diperoleh keadaan yang selalu
lembab dan basah. Cara pembuatan media penyemaian dapat berupa tanah yang
subur/campuran tanah dan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan
perbandingan sama (1:1). Jika perlu media tanam dapat ditambahkan sedikit
pasir. Tempat persemaian bisa berupa bedengan, keranjang/kantong plastik atau
polybag. Tetapi sebaiknya tempat untuk persemaian menggunakan kantong plastik
agar mempermudah dalam proses pemindahan bibit.
2.2.4
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Bibit
duku tidak memerlukan perawatan khusus kecuali pemberian air yang cukup terutama
pada musim kemarau. Selama 2 atau 3 minggu sejak bibit duku ditanam perlu
dilakukan penyiraman dua kali setiap hari yaitu pagi dan sore hari, terutama pada
saat tidak turun hujan. Selanjutnya cukup disiram satu kali setiap hari. Kalau pertumbuhannya
sudah benar-benar kokoh, penyiraman cukup dilakukan penyiraman secukupnya jika
media penyemaian kering. Penyulaman pada bibit diperlukan jika ada bibit yang
mati maupun bibit yang pertumbuhannya terhambat. Rumput liar yang mengganggu
pertumbuhan bibit juga hrus dihilangkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit
perlu diberi pupuk baik pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos maupun
pupuk anorganik berupa pupuk TSP dan ZK sesuai dengan dosis dan kadar yang
dianjurkan.
2.2.5
Pemindahan Bibit
Umur
bibit yang siap tanam adalah sekitar 2-3 bulan dengan tinggi bibit 30-40 cm. Kegiatan
pemindahan bibit harus memperhatikan kondisi fisik bibit waktu yang tepat.
2.3
Pembibitan Rambutan (Nephelium sp.)
2.3.1
Persyaratan Benih
Benih
yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen
antara lain: Rambutan Rapiah, Rambutan Aceh, Lebak bulus, Rambutan Cimacan,
Rambutan, Rambutan Sinyonya.
2.3.2
Penyiapan Benih
Persiapan
benih biji yang dipergunakan sebagai pohon pangkal setelah buah dikupas dan
diambil bijinya dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah
itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam) dan biji siap disemaikan.
Disamping itu dapat pula direndamdengan larutan asam dengan perbandingan 1:2
dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% atau Asam
Sulfat (H2S04) BJ = 1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci
dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang dengan air yang mengalir
selama 10 menit dan dianginkan selama 24 jam.
Untuk
menghidari jamur biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 W atau
fungisida lainnya. Teknik Penyemaian Benih Teknik penyemaian benih dipilih
lahan yang gembur dan mudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan
disamping itu mudah diawasi seperti: mencangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil
dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras
lainnya.
Kemudian
tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan buatkan bedang-bedeng yang berukuran
1-1,5 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan luas
pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengan
keadaan arah membujur dari Utara ke Selatan, supaya mendapatkan banyak sinar
matahari walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarak antara bedeng 30
cm dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang
yang sudah matang dan benih siap disemaikan.
Selain
dengan melalui proses pengecambahan juga biji dapat langsung ditunggalkan pada
bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik
melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng
yang berjarak 10 X 10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1,5 bulan dan sudah
tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng
persemaian ke bedeng penanaman.
2.3.3 Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah
bibit berkecambang dan telah berumur 1-1,5 bulan disiram pagi sore, setelah
kecambah dipindah ke bedeng pembibitan penyiraman cukup 1 kali tiap pagi hari
sampai menjelang mata hari terbit, dengan menggunakan "gembor" supaya
merata dan tidak merusak bedengan dan diusahakan air dapat menembus sedalam 3-4
cm dari permukaan.
Kemudian
dilakukan pendangiran bedengan supaya tetap gembur dan dilakukan setiap 2-3
minggu sekali, rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari
serangan hama dan penyakit, sampai umur kurang lebih 1 tahun persemaian yang
dilakukan terhadap pohon baru setelah itu dapat dilakukan pengokulasian yang
ditentukan dengan system Fokkert yang sudah disempurnakan yang sebelumnya
daun-daun dirontokkan pada pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya.
Kemudian
setelah disiapkan tempat untuk penempelan mata kulit tersebut sampai mata kulit
itu tumbuh tunas, setelah itu tunas asli pada pohon induk yang telah ditempel
dipangkas, kemudian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta
membersihkan rumput-rumput yang ada disiangi, kemudian dapat juga diberi pupuk
urea 10 gram untuk tiap 1 m² untuk 25 tanaman rambutan.
2.3.4
Pemindahan Bibit
Cara
pemindahan bibit yang telah berkecambah atau di cangkok maupun diokulasi dapat
dengan mencungkil/membuka plastik yang melekat pada media penanaman dengan cara
hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak dan dilakukan penyungkilan sekitar 5
cm dan agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar
tunggangnya dapat dipotong sedikit untuk menjaga penguapan kemudian lebar daun
dipotong separuh serta keping yang menempel dibiarkan sebab berfungsi sebagai
cadangan makanan sebelum dapat menerima makanan dari tanah yang baru. Dan
ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 30-40 cm dan ditutupi dengan atap
yang dipasang miring lebih tinggi di Timur dengan harapan dapat lebih banyak
kena sinar mata hari pagi.
2.4
Tanaman Andalas
Pohon Andalas merupakan tanaman khas Sumatera
Barat. Pohon
dengan nama latin Morus macroura ini ditetapkan menjadi flora
identitas
bagi provinsi Sumatera Barat.
Pohon Andalas (Morus
macroura) masih berkerabat dekat dengan pohon Murbei (Morus alba)
yang biasa digunakan sebagai pakan ulat sutra (Bombyx mori). Tanaman
yang disebut sebagai Himalayan Mulberry atau Sumatra Mulberry ini dalam bahasa
daerah
sering dinamai juga sebagai Kertau, Hole Tanduk, dan Andaleh. Sedangkan dalam
bahasa ilmiah pohon yang menjadi maskot (flora identitas) Sumatera Barat ini
dinamakan Morus macroura yang bersinonim dengan Morus laevigata.
Ditetapkannya pohon
Andalas sebagai flora identitas Sumatera Barat mungkin tidak terlepas dari
pemanfaatan kayu Andalas sebagai bahan pembangunan rumah adat di daerah
Minangkabau. Sayangnya pohon ini mulai langka dan sulit ditemukan. Bahkan untuk
memperoleh kayunya seringkali memerlukan perjalanan berhari-hari menuju
lokasinya di hutan.
·
Diskripsi Pohon Andalas.
Pohon Andalas
mempunyai tinggi sekitar 40 meter dengan diameter batang mencapai 1 meter.
Bentuk daun mirip daun murbai (Morus alba), seperti jantung namun
permukaan daunnya sedikit kasar karena berbulu. Bagian tepi daunnya bergerigi.
Tangkai daun maupun cabang Andalas juga berbulu, bulu-bulu tersebut bisa
menyebabkan gatal-gatal pada kulit yang peka.
Buah Andalas pun mirip dengan buah murbai.
Buahnya berbentuk majemuk, menggerombol berwarna hijau jika masih muda dan
menjadi ungu kemerahan bila telah masak. Buahnya berair dan dapat dimakan
dengan rasa asam-asam manis. Perbanyakan pohon ini bisa dengan cara stek.
Pohon Andalas (Morus macroura) tumbuh
tersebar mulai dari India, China bagian selatan, Kamboja, Thailand, dan
Indonesia. Di Indonesia tanaman ini hanya bisa ditemukan di Sumatera dan Jawa
bagian barat.Habitat pohon Andalas terdapat di hutan-hutan
dataran tinggi dengan curah hujan yang cukup banyak pada ketinggian antara
900-2.500 meter dpl.
Pohon
yang ditetapkan sebagai tanaman khas (flora identitas) provinsi Sumatera barat
ini terkenal sebagai kyu yang kuat, tahan serangga dan tidak mudah lekang oleh
panas maupun lapuk oleh hujan. Oleh karenanya kayu Andalas sering dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan untuk rumah baik sebagai tiang, balok landasan rumah,
papan dinding, maupun lantai. Selain itu kayunya juga kerap kali dipergunakan
untuk pembuatan perabot rumah tangga.
Meskipun
tidak termasuk dalam ‘daftar merah’ (red list) IUCN,
tetapi di Indonesia (baik di Jawa maupun di Sumatera), tanaman ini mulai langka
dan sulit ditemukan. Tentunya kita tidak menginginkan sebuah maskot provinsi
akan menjadi punah.
DAFTAR ISI
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/pembibitan-rambutan-36
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2012/02/mengenal-kayu-andaleh-khas-daerah-kita.html
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/duku.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar