BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pangan adalah keburuhan pokok manusia hingga ketahanan
pangan merupakan hal yang sangat penting. Ketahanan pangan saat ini dapat
dicapai, masih banyak keluarga yang belum mampu mewujudkan ketersediaan pangan
yang cukup baik dalam hal mutu maupun
tingkat gizinya. Situasi pangan diindonesia cukup unik disebabkan oleh
kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, keragaman social,
ekonomi, kesuburan tanah dan potensi daerah.
B.
Identifikasi Masalah
Di Indonesia pada tahun 1960-an, pemerintah telah
menganjurkan konsumsi bahan-bahan pangan pokok selain beras. Pada tahun 1974,
pemerintah juga mencanangkan kebijakan diversifikasi untuk lebih
menganekaraagaamkan jenis pangan dan meningkatkan mutu gizi masyarakat. Namun
langkah tersebut belum membuahkan hasil yang maksimal, masyarakat Indonesia
masih cenderung mengkonsumsi beras.
Apalagi pada masyarakat di daerah konsumsi beras sangat tinggi hingga
kebijakaan diversifikasi kurang berjalan lancar.
C.
Pembatasan Masalah
Dalam karya ilmiah ini, penulis membatasi
permasalahan pada pentingnya diversifikasi di Indonesia dan jenis aneka pangan
serta kendala dalam diversifikasi pangan tersebut.
D.
Perumusan Masalah
·
Sejauh mana pentingnya
diversifikasi pangan di Indonesia.
·
Apa contoh jenis aneka
pangan .
·
Kendala dalam
diversifikasi pangan di Indonesia.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui peran diversifikasi pangan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan Indonesia, mengetahui aneka jenis pangan dan kendala
dalam diversifikasi pangan di Indonesia.
B.
Lokasi
Penelitian ini dilakukan di tinjauan
pustaka, mengenai masalah diversifikasi pangan.
C.
Waktu
Penelitian dalam karya ilmiah ini
dilakukan mulai dari tanggal 20 November sampai pada tanggal 15 Desember 2011.
BAB III
PEMBAHASAN
DIVERSIFIKASI PANGAN DI INDONESIA
A.
Pengertian
Diversifikasi Pangan
Kasryono et al. (1993) memandang
diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang
pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi, konsumsi,
pemasaran, dan distribusi. Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada
dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling
berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan
pangan, dan diversifikasi produksi pangan. Pakpahan dan Suhartini (1989)
menetapkan konsep diversifikasi hanya terbatas pangan pokok, sehingga
diversifikasi konsumsi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang
dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras.
B.
Arah Diversifikasi
Pangan
Program diversifikasi konsumsi pangan dapat
diusahakan secara stimultan di tingkat nasional, regional (daerah) maupun
keluarga. Upaya untuk mewujudkan diversifikasi konsumsi pangan sudah dirintis
sejak awal dasawarsa 60-an, dimana pemerintah telah menyadari pentingnya
dilakukan diversifikasi tersebut. Saat itu pemerintah mulai menganjurkan
konsumsi bahan - bahan pangan pokok selain beras. Program yang menonjol adlah
anjuran untuk mengkombinasikan beras dengan jagung, sehingga pernah popular
istilah “beras jagung”.
Kemudian di akhir pelita I (1974), secara
ekplisit pemerintah mencanangkan kebijaksanaan diversifikasi pangan melalui
Inpres No. 14 tahun 1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR), dan
disempurnakan melaalui Inpres No. 20 tahun 1979. Namun daalam perjalanannya,
tujuan diversifikasi konsumsi pangan lebih ditekankan sebagai usaha untuk
menurunkan tingkat konsumsi beras, dan diversifikasi konsumsi pangan hanya
diartikan pada penganekaragaman pangan pokok, tidak pada keanekaragaman pangan
secara keseluruhan, sehingga banyak bermunculan berbagai pameran dan demo masak
memasak yang menggunakan bahan baku non beras seperti dari sagu, jagung,
ubikayu atau ubijalar, dengan harapan masyarakat akan beralih pada pangan non
beras.
C.
Kendala Diversifikasi
Pangan
Walaupun upaya diversifikasi sudah
dirintis sejak dasawarsa 60-an, namun sampai saat ini masih belum berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Ketergantungan akan beras yang masih tinggi
dikalangan masyarakat dan meningkatnya tingkat konsumsi ini secara signifikan
menjadikan upaya diversifikasi konsumsi pangan belum menunjukkan keberhasilan,
bahkan salah arah.
Pola makan masyarakat sebenarnya telah
beragam, walaupun tingkatannya masih belum seperti yang diharapkan, terutama
dalam standar kualitas dan kuantitas makanannya. Dalam hal ini, diversifikasi
pola makan tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, pendidikan dan
pengetahuan, serta ketersediaan dan keterjangkauan. Disamping itu, terdapat
pula pengaruh lintas budaya terutama akibat globalisasi yang signifikan. Dengan
demikian tingkat keanekaragaman pangan akan berbeda menurut kelompok
masyarakat. Pola makan yang beragam diduga lebih disebabkan karena peningkatan
pendapatan dan sebagai hasil komunikasiantara produsen pangan dan konsumen,
yang sebenarnya tidak ditujukan untuk mendorong keanekaragaman pangan
masyarakat tetapi untuk mempromosikan produk yang dihasilkan.
Faktor-faktor
yang menyebabkan diversifikasi konsumsi pangan sulit terlaksana:
·
Beras lebih bergizi dan
mudah diolah
Secara instrinsik, beras memang mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan jagung dan ubi kayu. Selain kandungan energi dan protein
beras lebih tinggi dibandingkan jagung dan ubi kayu, beras juga mempunyai cita
rasa yang lebih enak walaupun dengan lauk-pauk seadanya, di samping itu juga cara
mengolahnya lebih mudah dan lebih praktis serta tidak memerlukan waktu yang
lama.
·
Konsep makan
Masih banyak ditemukan masyarakat yang mempunyai
konsep makan “merasa belum makan kalau belum makan nasi”, walaupun sudah
mengkonsumsi macam-macam makanan termasuk lontong,ketupat. Pola masyarakat
seperti ini yang mengakibatkan meningkatnya permintaan beras dan menghambat
diversifikasi konsumsi pangan.
·
Beras sebagai komoditas
pangan superior
Kuatnya paradigm masyarakat yang menganggap beras
sebagai komoditas yang superior atau prestisius, sehingga masyarakat menjadikan
beras sebagai pangan pokok yang memiliki status social lebih tinggi.
·
Ketersediaan beras
melimpah dan harga beras murah
Di Indonesia, beras telah dijadikan komoditas
politik dan strategis, sehingga kebijakan pangan bisa pada beras. Kebijakan
pemerintah dalam menyukseskan diversifikasi konsumsi pangan terkesan setengah
hati karena pemerintah juga telah menetapkan berbagai kebijakan yang berkaitan
dengan perberasan mulai dari industri hulu sampai industri hilir, sehingga
pertumbuhan produksi beras terus meningkat dan beras dapat dijumpai dimana-mana
dengan mudah.
·
Pendapatan rumah tangga
masih rendah
Rumah tangga dengan pendapatan tinggi akan berupaya
memenuhi tuntutan kulitas, sehingga konsumsi beras menurun dan akan beralih
pada pangan yang mahal. Sedangkan pada rumah tangga dengan pendapatan rendah,
peningkatan pendapatan justru meningkatkan konsumsi beras dan mengurangi bahan
pokok lainnya seperti jagung dan ubi kayu.
·
Teknologi pengolahan
pangan nonberas dan promosinya masih terbatas
Dengan sentuhan teknologi pengolahan diharapkan
dapat menghasilkan pangan yang lebih bermutu,menarik, disukai dan terjangkau
oleh masyarakat. Pada saat ini, pengolahan pangan nonberas masih terbatas dan
teknologi yang digunakan masih
sederhana(tradisional) sehingga produk yang
dihasilkan masih dianggap sebagai barang inferior.
·
Kebijakan yang tumpang
tindih
Kebijakan pangan yang ditetapkan tidak konsisten dan
sinkron antara program yang satu dengan yang lain. Program diversifikasi
konsumsi pangan telah ditetapkan sejak dulu, namun pemerintah menetapkan harga
beras murah yang mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi beras.
·
Kebijakan impor
gandum, jenis product development cukup
banyak dan gencarnya promosi
Adanya kampanye yang intensif melalui berbagai media
seperti media elektronik, product development yang diperluas dengan harga yang
bervariasi dan mudah diperoleh, turut mendorong peningkatan partisipasi
konsumsi produk gandum terutama baerupa mie dan roti.
D.
Pentingnya Diversifikasi
Pangan
Ketergantungan konsumsi pangan terhadap beras tidaklah menguntungkan
bagi ketahanan pangan, terutama yang terkait dengan aspek stabilitas kecukupan
pangan.
Dampak
positif dari kebijakan diversifikasi
konsumsi pangan antara lain:
1. Memperkuat
ketahanan pangan
Masalah ketahanan pangan menjadi isu penting oleh
karena itu upaya menurunkan peranan beras dan menggantikannya dengan jenis
pangan lain menjadi penting dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan pangan
dalam jangka panjang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengembengkan dan
mengintroduksi bahan pangan alternative pengganti beras yang berharaga murah
dan memiliki kandungan gizi yang tidak
jauh berbeda dengan beras.
2. Meningkatkan
pendapatan petani dan agroindustry pangan
Petani akan memproduksi komoditas yang banyak
dibutuhkan oleh konsumen dan yang memiliki harga cukup tinggi. Mereka tidak
akan lagi tergantung pada komoditas padi sebagi sumber pendapatan usaha
taninya, tetapi dapat mencoba tanaman lain yang memiliki nilai ekonomis lebih
tinggi.
3. Menghemat
devisa Negara
Keberhasilan diversifikasi konsumsi tidak hanya
memperkuat ketahanan pangan masyarakat tetapi juga bermanfaat bagi penghematan
devisa Negara yang berarti meringankan beban keuangan Negara apalagi disaat
terjadi krisis ekonomi ini.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peran beras sebagai pangan pokok semakin
kuat, yang ditunjukkan oleh tingkat partisipasi yang cukup tinggi di berbagai
wilayah termasuk pada wilayah yang sebelumnya mempunyai pola pangan pokok bukan
beras. Pangan local seperti jagung dan ubikayu semakin ditinggalkan masyarakat,
namun pangan global seperti mi semakin banyak digemari. Selain untuk
meningkatkan sumberdaya manusia, dampak positif dari pelaksanaan program
diversifikasi konsumsi pangan adalah untuk memperkuat ketahanan pangan,
meningkatkan pendapatan petani dan agroindustri pangan serta menghemat devisa.
Keberhasilan diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya memberikan keuntungann
bagi tersedianya bahan pangan bagi penduduk, namun diharapkan juga membawa
dampak positif dalam kehidupan social masyarakaat dan perekonomian nasional.
B.
Saran
Peranan dari masyarakat juga dibutuhkan
agar program diversifikasi konsumsi pangan
dapat berjalan dengan lancar. Maka dari itu, masyarakat diharapkan agar
bisa membantu pemerintah dalam mengurangi konsumsi terhadap beras dan gandum
dan mencoba untuk mengkonsumsi bahan baku nonberas seperti sagu, jagung,
ubikayu, ubi jalar dan lain sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kasryno, F., M. Gunawan, dan C. A.
Rasahan. 1993. Strategi Diversifikasi
Produksi Pangan. Prisma, No. 5. Tahun XXII.Jakarta:LP3ES.
Pakpahan, A. dan S. H. Suhartini. 1989. Permintaan Rumah Tangga Kota di Indonesia. Prisma
No. 5, Tahun XXII. Hlm. 13 – 24.Jakarta:LP3ES.